matius
renungan jemaat
SELUMBAR DI MATA
04.00.00
Matius 7:1-12
Kita semua memaklumi bahwa seseorang mudah sekali melihat kesalahan orang lain, atau ada pula yang senang mencaricari kesalahan orang lain. Tak cukup sekadar untuk diketahui, melainkan diceritakan kepada orang lain, dan bukan lagi sebagai jalan bersikap kritis—melainkan untuk menghujat orang lain.
Tuhan Yesus mengetahui bahwa hal ini adalah salah satu dari kelemahan manusia. Dalam salah satu bagian dari Khotbah di Bukit, Yesus menjelaskan kepada semua orang jika sikap itu hanya membawa lebih banyak membawa keburukan bagi si pengkritik daripada orang yang dikritik (ay. 5). Sebab, dengan cara yang sama orang lain akan mengenakan ukuran tersebut kepada si pengkritik (ay. 1).
Kita seringkali memakai ayat 6 untuk membatasi kebaikan kita pada orang lain. Padahal Tuhan Yesus tidak mengajarkan demikian.Dalam suratnya kepada jemaat Galatia, Rasul Paulus menjelaskan pengajaran Tuhan Yesus ini sebagai “hukum tabur-tuai”, yaitu bahwa apa yang ditabur seseorang, itu juga yang akan dituainya (Gal. 6:7b). Dengan kata lain, jika kita ingin orang lain memiliki sikap tertentu, maka kita harus lebih dulu bersikap seperti itu kepada orang lain. Sebab, apa yang kita kehendaki dari orang lain, harus kita mulai lebih dulu (ay. 12).
Tuhan Yesus mengetahui bahwa hal ini adalah salah satu dari kelemahan manusia. Dalam salah satu bagian dari Khotbah di Bukit, Yesus menjelaskan kepada semua orang jika sikap itu hanya membawa lebih banyak membawa keburukan bagi si pengkritik daripada orang yang dikritik (ay. 5). Sebab, dengan cara yang sama orang lain akan mengenakan ukuran tersebut kepada si pengkritik (ay. 1).
Kita seringkali memakai ayat 6 untuk membatasi kebaikan kita pada orang lain. Padahal Tuhan Yesus tidak mengajarkan demikian.Dalam suratnya kepada jemaat Galatia, Rasul Paulus menjelaskan pengajaran Tuhan Yesus ini sebagai “hukum tabur-tuai”, yaitu bahwa apa yang ditabur seseorang, itu juga yang akan dituainya (Gal. 6:7b). Dengan kata lain, jika kita ingin orang lain memiliki sikap tertentu, maka kita harus lebih dulu bersikap seperti itu kepada orang lain. Sebab, apa yang kita kehendaki dari orang lain, harus kita mulai lebih dulu (ay. 12).
0 komentar